Minggu, 15 Agustus 2010

Takut

Buat: Temanku, si Jari Beterbangan

Hallo! “Rencanaku VS RENCANANYA” itu tulisanku yang pertama. Waktu temanku yang kuajak pergi saat itu baca ceritaku, dia langsung bangga n bilang, wah karena aku, kamu berubah jadi lebih baik ya? GR deh dia… (tapi ya, dia turut berperan. Wey, moga2 kamu juga berubah jadi lebih baek gara2 aku yow? wakakaka…)

Aku terdorong tuk nulis takut sebab terakhir2 ini, rasanya banyak orang di hidupku (3 orang) yang kena virus ini (Dua orang yang kukenal dekat, ditambah seorang lagi, aku sendiri-----hehehe….tapi, takutku sudah hilang sekarang).

Orang pertama yang terinfeksi, si JB (liat di atas!). JB ni sebenarnya punya sesuatu hal yang harus diselesaikan pada jaman purba, tapi karena perhatiannya teralih ke hal lain, dia meninggalkan hal ni. Awalnya alasannya masuk akal, sebab dia memang sedang fokus pada hal lain, namun setelah hal lainnya itu beres, dia juga tidak segera menyelesaikan masalah purbanya. Aku yang jadi temannya kan gak ngerti, kenapa?

Setelah kupikir2 dan mencoba ada di posisinya... aku sedikit banyak mengerti kenapa dia begitu.. masalah purba itu telah ditinggalkannya cukup lama. Sekarang dia harus membenahinya lagi. Dengan kata lain, kembali dan menyusuri jalan yang sebelumnya pernah dilewati, mencari dan mengikuti petunjuk2 yang ada sendirian. JB takut ditolak. JB takut tersesat. JB takut gagal. Karena ketakutannya tu, dia jadi patung, tidak dapat melakukan apa2. JB takut memulai.

Padahal waktu tidak selalu menjadi temannya, semakin lama ditunda, niat tuk membenahi masalah purba itu akan semakin hilang. Aku pernah kasi tau dia tuk mulai aja deh, hasilnya gmana itu nanti... pokoknya nyoba. Si JB bilang iya, tapi dia tidak cerita tentang perkembangan masalah purbanya itu. Aku kan jadi ragu apakah dia benar2 mulai membenahinya atau tidak?? Aku bertanya lagi di lain waktu, jawabannya cuman Iya. Kuperjelas ya? Jawabannya Iya Titik Selalu begitu setiap ditanya. Kesimpulannya? Emboh!! Aku benci masalahnya tu, soalnya walau tidak langsung ngefek, dalam beberapa kejadian, masalah purba itu buat JB jadi gak PD. Aku jadi ikutan kepikiran.

Akhir2 ini, aku ada make a wish, makanya jadi rajin berdoa… (hehe..) Karena itu, aku juga ndoain si JB ni. Dua hari lalu, aku dan JB dan beberapa teman2 yang lain ikut suatu pertemuan rohani. Suasana di sana agak berbeda dengan pertemuan rohani yang biasa kuikuti. Jujur, disana aku tidak bisa tersentuh dan larut didalamnya, aku lebih banyak memperhatikan orang2 yang ada di sana. Tengok kanan, tengok kiri. Aku sendiri bingung kenapa begitu. Suasananya agak terlalu riang buatku, mungkin.

Waktu pujian, aku tetap toleh kanan n kiri, sebagian orang tiba2 berlutut, temen yang duduk samping kiriku sudah berlutut, tapi JB yang duduk di kananku masih berdiri. Aku yang duduk di tengah2 mereka jadi bingung. Berlutut? Atau berdiri??? Ketika banyak orang mulai berlutut, aku mengajak JB berlutut, JB kontan ngomel, “Ni terserah kita, mau berlutut atau tidak.” Kalau dipikir-pikir sesudahnya, lucu juga, aku plin-plan. Tapi, klo dipikir lagi, aku plin-plan karena aku gak bisa larut didalamnya, jadi aku tidak tau harus bagaimana.

Waktu khotbah, awalnya juga tidak bisa masuk. Aku sampe stres juga, buat apa aku ke sini klo di sini kerjaanku cuman perhatiin tingkah orang-orang? Bantu aku tuk mendapatkan sesuatu! Bgitu aku protes dalam hati. Saat pertengahan khotbah, tiba2 JB menepuk aku. Aku mengerti maksudnya.

Ada yang sharing tentang masalah yang sama persis dengan yang dihadapi JB. Benar2 menohok! Cewe yang sharing tu awalnya juga selalu ketakutan, khawatir n tidak tenang. Dia terlalu terpaku pada hasil akhir dari usahanya. Di tengah keputusasaan dan kelelahannya itu, akhirnya dia malah doa, “Terserah hasilnya akan bagaimana, Tuhan, aku akan terima sebab Tuhan pasti beri yang terbaik.” Dia jadi tidak khawatir lagi. Dia jadi tenang. Akhirnya permasalahannya terselesaikan jauh melebihi yang diharapkannya.

Aku jadi mikir, ni jawaban buat protesku tadi. Aku mendoakan si JB, tapi aku sendiri buntu, gak tau harus bagaimana membantu JB. Di pertemuan rohani ini, JB tersentuh. Semoga pertemuan ini memberi JB keberanian dan kemantapan hati tuk memulai dan menyelesaikan masalah purbanya. Amin.

Selanjutnya, aku berpikir lagi, sebenarnya kepercayaan dan keyakinan cewe sharing tu juga menjawab doaku sendiri. Pasrah dan percaya bahwa Tuhan pasti kasih yang terbaik membuat segalanya jadi lebih ringan. Kita jadi tidak terlalu berfokus pada hasilnya, sehingga kita tidak akan selalu diliputi rasa takut n cemas. Bila memang tidak bisa, berarti itu bukan yang terbaik buat kita. Bila satu pintu ditutup, pasti pintu yang lain dibuka (kata2 bijak yang klise sih, tapi aku kembali diingatkan lagi dalam pertemuan rohani ini..). Moga2 aku juga bisa seperti itu.

Akhir cerita, aku jadi ingat kata2 Bunda Teresa:
“God does not require you to succeed, He only requires that you try.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar