Eh, aku akhir2 banyak menemui situasi-situasi lucu lho! Kuceritain ya?
Bosku antik, begitu komentar temanku sepulang dari suatu wawancara kerja. Aku bertanya, kok bisa??? Temanku itu lalu bercerita. Setelah mewawancarai temanku ini dan merasa cocok dengan nya, sang bos menelpon seorang bos kecil (direktur dari salah satu anak perusahaannya).
“Pak, dalam beberapa hari ini akan ada seseorang yang akan saya tempatkan di perusahaan Anda. Namanya Yovita.”
Sang bos besar terdiam sesaat, mendengarkan, lalu berkata lagi, ”Kira2 dua hari lagi dia akan ke sana.”
Lalu tiba-tiba dia berkata dengan nada tinggi, ”Bagaimana bisa sudah tahu? Orangnya masih duduk di depan meja kerja saya.”
Temanku sampai kaget mendengar nya ( Dalam hati, dia membatin, wow, klo marah, serem!! ).
”Namanya Yovita.” Sang bos besar mengulang ucapannya.
Senyap sejenak.
“Sudah, jangan main2, dia akan ke sana dalam dua hari.” Sang bos besar mengakhiri pembicaraannya dengan si bos kecil.
Bisa menebak kenapa sang bos besar bertingkah seperti itu? Tiba2 marah? Temanku bertanya. Aku menggeleng. (Sebenernya malas mikir lagi, di tulisan sebelumnya dah mikir2...)
Di hari pertama kerjanya, pertanyaan temanku ini terjawab. Di perusahaan tersebut ternyata ada pegawai baru yang lain yang juga bernama Yovita. Mungkin si bos kecil saat itu juga sedang mewawancarai Yovita yang ini, jadi tetap ngotot kalau dia sudah bertemu Yovita. Hahahaha.... (Kalau mbayangin jadi si bos kecil, wajar kalo dia bingung....)
Situasi lucu yang kedua terjadi saat temanku, Ymama menerima pembantu baru di rumahnya. Pembantu barunya itu orang Kalimantan, jadi tidak mengerti bahasa Jawa sama sekali. Pembantu barunya ini disambut oleh pembantunya yang sudah lama bekerja di rumah Ymama, si Mbok yang orang Jawa tulen.
”Mlebu, mlebu.” Si Mbok memanggil pembantu baru ini sambil mengibas-ngibaskan telapak tangannya.
Si pembantu baru ini tidak masuk tetapi justru keluar, menghampiri temanku yang saat itu masih di kebun depan rumah sambil berkata, ”Saya disuruh keluar oleh Ibu itu.”
Temanku bingung. Tidak mungkin, Mbok menyuruh si pembantu baru keluar.
”Duduk, duduk!” Si Mbok menyusul keluar, memanggil pembantu baru itu lagi. ”Mlebu!”
Ymama sekarang ngerti kenapa si pembantu baru malah keluar ketika melihat dan mendengar si Mbok. Kibasan telapak tangan si Mbok itu tidak jelas arahnya, seperti mengibas ke dalam dan keluar. Pantas, si pembantu baru bingung. Ymama tersenyum dalam hati lalu menjelaskan kalau mlebu itu artinya masuk.
Si pembantu baru masuk, tapi dia tidak mengikuti si Mbok ke dapur, dia malah duduk di ruang tamu. Temanku sekarang sudah tidak tersenyum dalam hati lagi, tapi tertawa cekikikan. Hihihihi..... (Dalam bahasa Jawa, duduk artinya bukan.)
Situasi lucu lainnya terjadi saat aku sedang hang out bareng teman2ku. Salah satu dari mereka bercerita bahwa salah seorang temannya bekerja di Probolinggo. Bisa menebak kota itu terdengar apa di telingaku?
Aku bertanya, ”Apa? Kerja di Pabrek Timbo?”
Mereka sontak tertawa, gak jadi ngelanjutin ceritanya. Hehehehe.... (Emang waktu itu aku dengarnya Pabrik Timba...)
Besoknya aku menceritakan cerita ini ke temanku. Temanku lagi lemas, magh nya kumat... Aku menceritakan ini supaya dia bisa ceria lagi... Temanku juga langsung ketawa mendengarnya, tapi akhirnya aku diusir. Huhuhuhu.....
”Klo ketawa, perutku tambah sakit, Ce."
Masih ada lagi, cerita jadul sich, tapi mbanyol! Aku pernah punya seorang guru native speaker yang baru sekali ini ke Indo. Ceritanya begini, semua anak kelas XII dan para guru saat itu bersama-sama mengadakan baksos. Kita yang mengantarkan bantuannya langsung kepada para korban banjir. Semua sibuk menurunkan bantuan sembako yang kita bawa. Sang guru native ini juga ikut sibuk membagikan.
Suatu saat, aku sekilas melihatnya sedang bersalaman dengan seorang penduduk lokal. Si korban, seorang nenek tampak sangat berterima kasih pada Sir K. Sir K hanya tersenyum, samar2 aku mendengar Sir K mengucapkan ”kembali” dengan logat asliya. ( kata yang baru saja dipelajarinya sebelum ikut baksos. )
Aku juga kembali sibuk dengan kegiatanku menandai daftar orang yang telah menerima bingkisan. Lho, kok Sir K masih bercakap-cakap dengan nenek yang sama tadi ya?? Sir K mengerti tha??? Dia tersenyum simpul, juga tersenyum lebar.
Akhir acara, ternyata yang memperhatikan hal itu bukan aku saja, teman2ku juga penasaran, apakah Sir K ngerti? Tapi kok mereka lama bercakap-cakap..... Salah satu temanku akhirnya menanyakan hal itu ke Sir K.
Sir K menggeleng sambil tersenyum penuh arti. Dia tidak mengerti. Naluri! Dia merespons hanya berdasar naluri, jelas Sir K. Kalau sang nenek tersenyum, Sir K ikut tersenyum, klo tertawa lebar, Sir K juga ikut tertawa. ( Konyol yach? Tapi, memang benar begitu... )
”She looked so happy and grateful!” Jadi Sir K tidak tega memotong singkat pembicaraan nenek tua itu, selain itu, dia juga tidak tahu bagaimana mengatakan bahwa dia masih harus membagikan sembako ke korban lain dalam bahasa Indo. Hohohohoho...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar